Tak ada yang berbeda dari diriku, seperti remaja pada umumnya yang senang bercanda, tertawa bersama teman sebaya. Tapi aku tergolang orang yang sangat tertutup, tak ada orang yang mengetahui kisah hidupku termasuk sahabatku sendiri, karena aku merasa ‘masalahku adalah untukku, urusanku, dan hanya aku yang harus menjalani dan menyelesaikannya’ teman memang tempat untuk berbagi, tapi bukan berarti dia harus tau semua tentangku.
Aku pernah mengalami kisah hidup yang sangat menyedihkan yang sebenarnya membuatku sangat terpuruk, tapi ayah yang membuatku tegar dan menerima serta menjalani semuanya dengan tersenyum. Hal itu terjadi ketika aku duduk dibangku kelas 3 SMA disaat aku harus menjalani banyak ujian-ujian sekolah dan aku membutuhkan support serta perhatian dari kedua orangtuaku.
Saat itu sepulang sekolah rumah terasa kosong dan sangat hening, terlihat ruang TV yang biasanya menjadi tempat ibu menghabiskan waktu luangnya setelah seharian melakukan aktivitas, kosong tak seperti biasanya, Aku pun menuju ke kamarku untuk meletakkan barang-barangku, tetapi disudut ruangan aku melihat ayah duduk sendiri dengan wajah tertunduk muram, aku menjadi semakin bingung karena harusnya ayah masih ada di kantor dan baru pulang malam nanti, lalu aku pun segera manghampirinya.
“faa, ayah mau bicara..” kata ayah padaku,
“ada apa yah?, ayah baik-baik saja? Ibu dimana yah?” akupun segera menyodorkannya banyak pertanyaan.
Sejenak ayah terdiam dan berkata “ibu ninggalin kita.. safa sama ayah aja yaa?”
Aku pun tercengang mendengar pernyataan ayah dan meneteskan air mata, lalu ayah memelukku dengan penuh kasih sayang, aku tau disitu ayah pun sedang menahan air mata yang terbendung di matanya, namun Ia mencoba untuk tetap memasang wajah tegarnya, tentu ayah tak ingin membuatku semakin sedih. Aku pun tak sanggup menanyakan penyebab kepergian ibu secara langsung pada ayah, karna aku tak ingin membuatnya semakin merasa sedih dan bersalah. Yaa, setidaknya yang aku tau belakangan ini keadaan hubungan ayah dan ibu memang tidak terlalu baik, tapi aku tak pernah berfikir kalau ibu sampai meninggalkan aku dan ayah. Aku sempat merasa kesal pada ibu tapi ayah memberi pengertian kepadaku dengan sikapnya yang bersahaja agar aku membuang jauh-jauh rasa kesalku terhadap ibu, karena bagaimanapun ibu tetap ibuku. Sempat aku mencari pesan yang mungkin ditinggalkan ibu mengenai kepergiannya, tapi tak satupun kutemui bahkan tak ada secarik kertaspun yang Ia tinggalkan untukku dan ayah, seharusnya seseorang meninggalkan pesan ketika Ia pergi meninggalkan orang yang disayang, setidaknya itu yang kutemui di film-film sedih yang pernah aku tonton. Lalu apa artinya aku dan ayah dimata ibu sebenarnya?, entahlah..
Keesokan harinya di pagi hari aku menjalani aktivitasku seperti biasanya, tetapi kali ini ada yang berbeda. Tepat pukul 05.00 pagi ayah menggantikan tugas ibu untuk membangunkan ku tidur, setelah itu ayah yang menyiapkan semua sarapan pagi, yang terasa lebih berbeda lagi ketika di meja makan hanya ada aku dan ayah, saat itu aku sangat ingin meneteskan airmata, tapi aku berusaha menahannya, aku ingin menjaga perasaan ayah yang mencoba sebaik mungkin untuk menggantikan tugas ibu di pagi ini. Seketika di ruangan yang terasa sangat sepi itu ayah mulai membuka pembicaraan dengan menanyakan kegiatanku di sekolah dan sedikit menghiburku dengan celetukan-celetukan konyolnya, hal yang tak pernah dia lakukan di pagi-pagi sebelumnya ketika di meja itu masih ada ibu yang duduk bersama kami. Setelah itu, ayah mengantarkan aku sampai ke sekolah. Yaa, ayah pun tak pernah melakukan hal itu saat ibu masih ada, biasanya aku naik kendaraan umum agar bisa sampai ke sekolah. Sepanjang pagi itu aku sangat menyadari betapa ayah ingin membuatku tetap bahagia tanpa keadaan yang seperti dulu, aku terharu dengan usaha yang ayah lakukan untuk membahagiakanku dan melakukan semua tugas yang biasanya dilakukan oleh ibu. Mulai saat itu aku berjanji dalam hatiku untuk tetap tegar dan mencoba tetap tersenyum dihadapan ayah dan aku pun berjanji ingin membahagiakan ayah dengan prestasiku.
Saat ini aku lebih tegang dari sebelumnya, karena hari ini aku dan ayah akan pergi ke sekolah untuk mengambil pengumuman hasil ujianku, sepanjang perjalanan ayah menghiburku agar tidak tegang. Sesampainya di sekolah pengumuman pun diberikan, ternyata aku merupakan siswi yang memiliki nilai tetinggi, ayah memelukku dengan penuh kasih sayang dan berkata “Safa udah bikin ayah bangga..” aku menganggukkan kepala dan menangis di pelukan ayah sambil berkata “terimakasih ayah, semua karena ayah..”, saat itu kebahagiaanku tak terkira, meskipun tentu ada yang kurang yaitu kehadiran ibu, seharusnya aku menangis bahagia dipelukkan ayah dan ibu seperti teman-temanku yang berada satu ruangan denganku, tapi itu terasa hanya angan karena sejak saat itu aku tak pernah sekalipun melihat ibu lagi, dan akupun tak pernah menanyakan atau mendengar penjelasan tentang penyebab perginya ibu dari mulut ayah. Tapi aku tak pernah menyesali perjalanan hidupku ini, karena dari situ aku mendapat hikmah dan pelajaran yang sangat berharga, dan yang lebih penting hal itu menyadarkanku bahwa aku memiliki ayah yang sangat hebat.
0 comments:
Post a Comment