1) menjelaskan apa itu manusia seutuhnya? (dengan ketiga potensi yang dimiliki)
dengan ketiga potensi yang dimiliki manusia, dapat diketahui bahwa manusia merupakan makhluk yang paling sempurna dari ciptaan Allah SWT yang lainnya. beberapa aspek atau potensi yang dimiliki manusia dapat membantu seseorang untuk menjadi manusia yang seutuhnya. dengan akal manusia bisa berfikir dan mengatasi masalah yang sedang ia milika, dengan akal pula manusia dapat berfikir untuk melakukan sesuatu yangd apat membawa dia kepada manusia seutuhya. kemudian dengan kecerdasan yang merupakan hal umum dan meluas, kecerdasan merupakan keturunan dari akal. dengan kecerdasan, manusia dapat membuat atau menciptakan serta memodifikasi apapun yang dapat menunjang kehidupannya. dengan jasmani dan rohani, jasmani merupakan fisik yang telah Allah berikan kepada kita kemudia rohani adalah hubungan antara kita dan Allah atau Sang Pencipta. 2 hal ini merupakan hal yang cukup penting untuk menentukan jalan kita bukan hanya di dunia melainkan juga di akhirat. menurut saya, manusia seutuhnya adalah manusia yang dapat menggunakan 3 aspek kehidupan itu dengan baik dan benar sehingga dapat berguna bagi dirinya dan oranglain.
2) tulis trik-trik untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain
berikut beberapa trik untuk menjadi orang yang bermanfaat sejauh yang saya ketahui:
- menyalurkan bakat atau kelebihan kita dalam bidang apapun untuk membantu orang yang membutuhkan jasa kita, seperti menyalurkan ilmu yang dimiliki kepada anak-anak yang ingin belajar teteapi tidak bisa mendapatkan pengajaran secara formal.
- lebih mempedulikan sesama dalam hal apapun agar bisa mengurangi beban mereka
- jangan sungkan untuk memberikan apa yang masih bisa berikan atau bisa kita lakukan untuk mereka yang membutuhkan
- tergabung dalam kegiatan sosial yang memungkinkan kita terjun lebih jauh untuk membantu sesama
- menghilangkan sikap acuh tak acuh terhadap oranglain setidaknya dimulai dari lingkungan yang ada disekitar kita
3) cara membentuk intelektual, emosional, dan spritual
Manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Artinya, bahwa manusia akan terus berubah seiring dengan bertambahnya usia. Pertumbuhan dan perkembangan manusia tersebut tentunya akan memberikan dampak dan pengaruh yang signifikan terhadap kematangan koginitif, afektif, dan psikomotoriknya. Atau dalam istilah Ary Ginanjar, kecerdasan intelektual, emosional dan spiritualnya.
Secara garis besar, pertumbuhan dan perkembangan manusia selamanya akan terus berjalan dengan lancar seirig dengan bertambahnya usia. Ini sudah jelas difirmankan oleh Allah SWT. Al-Quran, “Allah telah menciptakan dalam keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu menjadi lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendakinya dan Dialah yang Maha mengetahui dan Maha Kuasa.
Dalam makalah yang ada di hadapan saudara ini, akan dibahas secara umum perkembangan manusia, mulai dari aspek fisik, intelektual, emosi, dan spiritualnya. Bahkan di sini terdapat penjelasan spesifik tentang kecenderungan-kecenderungan seseorang pada masa pra nikah.
A. Perkembangan FisikDari pertumbuhan fisik, menurut Santrock (1999) diketahui bahwa dewasa muda sedang mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa ini, seorang individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung (akil balik), tetapi sudah tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa (maturity).la tidak lagi diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana layaknya seperti orang dewasa lain-nya. Penampilan fisiknya benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja, menikah, dan mempunyai anak. la dapat bertindak secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain (termasuk keluarganya). Segala tindakannya sudah dapat dikenakan aturan-aturan hukum yang berlaku, artinya bila terjadi pelanggaran, akibat dari tindakannya akan memperoleh sanksi hukum (misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau perdata}. Masa ini ditandai pula dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi, dan kemampuan reproduksi.
Pada masa dewasa awal inilah seluruh organ tubuh manusia akan mencapai puncak pertumbuhan yang mana setelah itu akan mengalami penurunan secara perlahan dan terus-menerus. Penurunan tersebut akan terjadi secara drastis pada usia empatpuluhan, tak terkecuali pada panca indera. Perubahan fungsional dan generatif pada mata berakibat mengecilnya bundaran kecil pada anak mata, mengurangnya ketajaman mata dan akhirnya cenderung menjadi glukoma, katarak dan tumor. Pada usia ini kebanyakan orang menderita presbiopi atau kesulitan melihat sesuatu dari jarak jauh, yaitu kehilangan berangsur-angsur daya akomodasi lensa mata sebagai akibat dari menurunnya elastisitas lensa mata. Antara umur 40-50 tahunan daya akomodasi lensa mata biasanya tidak mampu untuk melihat dengan jarak dekat sehingga yang bersangkutan terpaksa harus mamakai kaca mata. Terkait dengan itu Allah SWT berfirman:
“Allah, dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, Kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, Kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah Kuat itu lemah (kembali) dan beruban. dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Ar-Ruum: 54).
Selain itu kekuatan dan energi pada masa dewasa ini akan matang. Misalnya, Selepas dari bangku pendidikan tinggi, seorang dewasa muda berusaha menyalurkan seluruh potensinya untuk mengembangkan diri melalui jalur karier. Kehidupan karier, sering kali menyita perhatian dan energi bagi seorang individu. Hal ini karena mereka sedang rnerintis dan membangun kehidupan ekonomi, agar benar-benar mandiri dari orang tua. Selain itu, mereka yang menikah harus rnemikirkan kehidupan ekonomi keluarga. Oleh karena itu, mereka memiliki energi yang tergolong luar biasa, seolah-olah mempunyai kekuatan ekstra bila asyik dengan pekerjaannya.
B. Perkembangan Intelektual
Masa perkembangan dewasa muda (young adulthood] ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide-pemikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan tinggi (universitas/akademi). Mereka bersemangat untuk meraih tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi (mapan). Karena itu, mereka berlomba dan bersaing dengan orang lain guna membuktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti sebab dengan keberhasilan itu, ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup di mata orang lain.
Ketika memasuki masa dewasa muda, biasanya individu telah mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang. Dengan modal itu, seorang individu akan siap untuk menerapkan keahlian tersebut ke dalam dunia pekerjaan. Dengan demikian, individu akan mampu memecahkan masalah secara sistematis dan mampu mengembangkan daya inisiatif-kreatimya sehingga ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Dengan pengalaman-pengalaman tersebut, akan semakin mematangkan kualitas mentalnya. Allah SWT berfirman:
“Dan setelah Musa cukup umur dan Sempurna akalnya, kami berikan ke- padanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. dan Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Qashash: 14)
Menurut seorang ahli perkembangan kognitif, Jan Sinnot (1984, 1998, dikutip dari Papalia, Olds, dan Feldman, 2001), ada empat ciri perkembangan kognitif masa post-formal berikut ini.
a. Shifting gears. Yang dimaksud dengan shifting gears adalah kemampuan mengaitkan penalaran abstrak (abstracts reasoning) dengan hal-hal yang bersifat praktis. Artinya, individu bukan hanya mampu melahirkan pemikiran abstrak, melain-kan juga mampu menjelaskan dan menjabarkan hal-hal abstrak (konsep ide) menjadi sesuatu yang praktis yang dapat diterap-kan langsung. Dalam hal ini akan dikenal dengan ungkap-an seperti, “This might work on paper but not in real life”.b. Multiple causality, multiple solutions. Seorang individu mampu memahami suatu masalah yang tidak disebabkan satu faktor, tetapi berbagai faktor (multiple factors).Karena itu, untuk dapat menyelesaikannya, diperlukan kemampuan berpikir untuk mencari berbagai alternatif solusi (divergent thinking). Dengan demikian, seorang individu tidak berpikir kaku (rigid thinking] pada satu jenis penyelesaian saja. Oleh karena itu, masa ini dikenal dengan istilah, “Let’s try it your way, if that doesn’t work, we can try my way”.
c. Pragmatism. Orang yang berpikir postformal biasanya ber-sikap pragmatis, artinya ia mampu menyadari dan memilih beberapa solusi yang terbaik dalam memecahkan suatu masalah. Pemikiran praktis yang dilahirkan dalam memecahkan suatu masalah pada tahap ini harus benar-benar mengenai sasaran (goal oriented). Namun, dalam hal ini, individu dapat menghargai pilihan solusi orang lain. Sebab, cara penyelesaian masalah bagi tiap orang berbeda-beda, tergantung cara orang itu berpikir. Ungkapan yang tepat untuk masa pragmatisme ini adalah, “If you want the most practical solution, do this. If you want the quickest solution, do that”.
d. Awareness of paradox. Seorang yang memasuki masa postformal benar-benar menyadari bahwa sering kali ia menemukan hal-hal yang bersifat paradoks (kontradiktif) dalam mengambil suatu keputusan guna menyelesaikan suatu masalah. Yang dimaksud paradoks (kontradiktif) adalah penyelesaian suatu masalah akan dihadapkan suatu dilema yang saling bertentangan antara dua hal dari masalah tersebut Bila ia mengambil suatu keputusan, keputusan tersebut akan memberi dampak positif ataupun negatif bagi diri sendiri dan orang lain. Hal yang positif tentunya akan memberi keuntungan diri-sendiri, tetapi mungkin akan merugikan orang lain. Atau sebaliknya, hal yang negatif akan merugikan diri sendiri, tetapi akan memberi keuntungan bagi orang lain. Oleh karena itu, dibutuhkan keberanian (ketegasan) untuk menghadapi suatu konflik, tanpa harus melanggar prinsip kebenaran ataupun keadilan. Dalam hal ini, dikenal ungkapan, “Doing this will give him what he wants, but it will only make kirn unhappy in the end”.
Terkait dengan intelektual itu sendiri, terdapat tipe-tipe tertentu. Adapun tipe-Tipe tersebut adalah:
Pertama, Inteligensi kristal adalah fungsi keterampilan mental yang dapat dipergunakan individu itu, dipengaruhi berbagai pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar dalam dunia pendidikan. Misalnya, keterampilan pemahaman bahasa (komprehensif verbal/verbal comprehensive), penalaran berhitung angka (numerical skills), dan penalaran induktif (inductive reasoning). Jadi, keterampilan kognitif merupakan akumulasi dari pengalaman individu alcibat mengikuti ke-giatan pendidikan formal ataupun nonformal. Dengan demikian, pola-pola pemikiran intelektualnya cenderung bersifat teoretis-praktis (text book thinking).
Kedua, Fleksibilitas kognitif adalah kemampuan individu memasuki dan menyesuaikan diri dari pemikiran yang satu ke pemikiran yang lain. Misalnya, kemampuan memahami melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubung-an seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyarat-an yang sah (perkawinan resmi). Untuk sementara waktu, dorong-an biologis tersebut, mungkin akan ditahan terlebih dahulu. Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.
Ketiga, fleksibilitas Visuamotor adalah kemampuan untuk menghadapi suatu masalah dari yang mudah ke hal yang lebih sulit,yang memerlukan aspek kemampuan visual/motorik(penglihatan,pengamatan,dan keterampilan tangan)
Keempat, Visualisasi, yaitu kemampuan individu untuk melakukan proses visual. Misalnya, bagaimana individu memahami gambar-gambar yang sederhana sampai yang lebih kompleks.
C. Perkembangan Emosi
Papalia, Olds, dan Feldman (1998; 2001} menyatakan bahwa golongan dewasa muda berkisar antara 21-40 tahun. Masa ini dianggap sebagai rentang yang cukup panjang, yaitu dua puluh tahun. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu tersebut, golongan dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umumnya telah menyelesaikan pendidikannya minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi atau universitas. Selain itu, sebagian besar dari mereka yang telah menyelesaikan pendidikan, umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi.
Dari sini, mereka mempersiapkan dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga harus dapat membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka juga harus dapat melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu, tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun saudara-saudara.
Dalam kaitannya dengan kecerdasan emosional, Sesungguhnya otak sangat juga mempengaruhi dalam emosi orang dewasa, yang mana ada komponen-komponen otak yang berperan dalam pembentukan emosi seseorang, yaitu antara lain:
1. Kortex
a. Memberi makna apa yg kita serap
b. Mengatur fungsi penglihatan,memori jangka panjang
c. Bagian ini membuat kita memiliki perasaan akan perasaan kita sendiri,memahami,menganali sis mengapa punya perasaan tertentu.
2. Hippocampus
a. Tempat proses pembelajaran, disimpannya emosi
b. Pemicu bagi reaksi emosi Amigdala
3. Amigdala
a. Pusat pengendali emosi
b. Pemicu reaksi
D. Spiritual Masa Dewasa
Di usia dewasa seseorang sudah menemukan agama yang tepat baginya, itu karena pada usia remaja kebanyakan dari mereka mencari dan selalu bertanya-tanya tentang agma yang dianutnya. Dengan bertanya-tanya dan mencari kebenaran itu pada masa dewasa mereka sudah mengetahui tentang apa yang harus mereka putuskan dalam beragama. Mereka sudah dapat menjawab keragu-raguan yang ada di benak mereka ketika mereka masih remaja tentang agama atau kepercayaannya. Di usia dewasa mereka sudah memiliki pegangan hidup yang di dasarkan pada agama yang dapat memberikan kepuasan baginya.
Apabila di masa ini mereka telah berkeluarga mereka akan lebih memperhatikan agama mereka karena mereka merasa telah memiliki tanggung jawab yang lebih. Mereka telah menjadi istri atau bahkan telah menjadi ibu bagi anak-anak mereka, mereka merasa memiliki tanggung jawab untuk memberikan didikan moral kapada anak-anaknya sesuai dengan agama yang dianut. Oleh karena itu, pada masa dewasa biasanya orang berusaha untuk membiasakan beribadah dan melaksanakan praktek-praktek agama yang dianutnya.
Terdapat beberapa faktor yang Mempengaruhi Minat Keagamaan pada Masa Dewasa, yaitu:
- Pasangan dari iman yang berbeda
Pasangan yang berbeda keyakinan cenderung kurang aktif dalam urusan agama daripada pasangan yang seiman atau satu keyakinan.
- Kecemasan akan kematian
Orang-orang dewasa yang cemas akan kematian atau mereka yang sangat memikirkan kematian cenderung lebih memperhatikan agama daripada orang yang tidak memikirkannya, oleh karena itu dalam agama Islam dianjurkan untuk selalu mengingat kematian.
- Lokasi tempat tinggal
Orang yang tinggal di lingkungan yang agamanya kuat akan lebih memperhatikan agama dan rajin beribadah, agamanya cenderung lebih kuat [apabila agama yang dianut sama].
- Latar belakang keluarga
Orang yang dilahirkan dari keluarga yang baik-baik dan kuat agamanya akan lebih tertarik pada agama daripada yang tidak.
E. Usia Pra Nikah
Terlepas dari perkembangan masa dewasa yang telah dijelaskan di atas, di sini akan dijelaskan secara spesifik tentang kecenderungan-kecenderungan mada usia pra-nikah. Di antara ciri-cirinya adalah:
- Usia banyak masalah.
Dalam usia ini banyak sekali masalah-masalah baru yang sering terjadi, persoalan tersebut merupakan kelanjutan dari pengembangan persoalan yang dialami pada masa remaja. Persoalan yang berhubungan dengan pemilihan teman hidup, persoalan tentang pekerjaan, dan jabatan. Yang mana sering terjadi adanya lapangan pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat serta cirri-ciri pribadi individu tersebut.
- Usia reproduktif.
Sering ditemui orang dewasa pra nikah, yang memulai karir terlebih dahulu sebelum memasuki jenjang pernikahan. Bagi mereka yang mmiliki banyak adi mulai berperan seperti orang tua dalam membimbing adik-adik mereka . bagi yang tidak memiliki adik, lebih memperbaiki segi ekonomi atau karir sehingga mereka mampu membiyai hidup mereka sebelum menikah.
- Usia memantapkan letak kedudukan.
Sebelum seseorang memasuki usia pernikahan mereka masih mencari-cari peranan serta kedudukan dalam hidupnya. Sehingga bagi usia pra nikah merupakan usia memantapkan petanannya atau belajar menyesuaikan diri menuju peranan baru yang akan dihapinya, yaitu dari masa remaja ke dewasa, dari masa kuliah kekehidupan rumah tangga.
- Usia tegang dalam hal emosi.
Usia pra nikah sering mengalami ketegangan emosi yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dijalaninya seperti jabatan, perkawinan atau keuangan. Banyak diantara mereka yang memasang harapan tinggi misalnya jabatan tinggi, pendamping hidup yang criteria sempurna, penghasilan yang memadai dsb yang mana apabila harapan-harapan tersebut tidak mampu dicapainya akan menyebabkan kekecewaan.
- Usia keterasingan social.
Berkaitan dengan keterasingan social Elizabet B. Hurlock menyatakan bahwa keterangan social diintefikasikan dengan adanya semangat bersaing dan hasrat kuat untuk maju dalam karir, denga demikian keramah tamahan remaja diganti dengan persaingan pada masa dewasa, mereka juga harus mencurahkan sebagian besar tenaga untuk pekerjaan mereka. Sehingga mereka hanya mampu menyisihkan waktu sedikit untuk sosialisasi yang diperlukan untuk membina hubungan-hubungan yang akrab. Akibatnya mereka menjadi fgosentris dan ini tentunya menambah kesepian mereka.
- Usia membentuk komitmen.
Bagi seseorang uang menyelesaikan studi. Mulai memasuki dunia yang berbeda, dan peran yang berbeda pula. Berhubungan dengan hal tersebut, banyak diantara mereka yang membentuk komitmen-komitmen baru yang mereka persiapkan sebagai landasan hidupmenuju jenjang pernikahan.
- Usia perubahan nilai.
Bagi seseorang yang telah selesai menyelesaikan pendidikan formal, dengan sendirinya mereka akan mengalami perubahan peran dari remaja kedewasa, darei pelajar kemasyarakat umu. Dengan demikian cara berfikir dan pandangan mereka lambat laun akan berubah.
- Usia kreatif.
Bentuk kreatifitas yang akan terlihat tergantungpada minat dan kemampuan individual, kesempatan yayang lluas ini mereka gunakan untuk mengaktualisasi diri mereka tanpa tanoharus terikat dengan aturanadayang menyalurkan kreativitas ini melalui hobi, pekerjaan atau yang lain yang memungkinkan untuk mengespresikan kreativitasnya.
sumber/referensi:
0 comments:
Post a Comment